TEMPO.CO, Jakarta - Bebasnya Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok, dari Rumah Tahanan Markas Komando Brigade Mobil Depok, kemarin, Kamis, 25 Januari 2019 menjadi sorotan publik. Publik juga memperhatikan langkah mantan orang nomor satu di DKI itu seusai bebas.
Sejumlah partai berharap Ahok kembali ke dunia politik. Sahabat Ahok, Djarot Saiful Hidayat mengklaim jika kembali ke dunia politik, maka PDIP akan menjadi pilihan Ahok. Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mempersilakan Ahok memilih jalannya. "Mau masuk partai atau tidak, ya kami menunggu. Kami menghormati privasi Pak Ahok," kata Hasto di Hotel Grand Sahid, Jakarta pada Rabu, 23 Januari 2019.
Baca: Setelah Bebas, Ahok Bakal Bisnis Minyak dan Jadi Host Talk Show
Bagaimana perjalanan karir Ahok di dunia politik? Berikut jejaknya:
- Dorongan berpolitik
Pria kelahiran Belitung Timur ini memulai perjalanan karir politiknya lantaran kesal dengan birokrasi yang berbelit saat menjadi pengusaha di tanah kelahirannya.
Mengutip dari ahok.org, sebagai pengusaha pada 1995 ia mengalami pahitnya berhadapan dengan politik dan birokrasi yang korup. Pabriknya ditutup karena ia melawan kesewenang-wenangan pejabat. Sempat terpikir olehnya untuk hijrah dari Indonesia ke luar negeri, tetapi keinginan itu ditolak ayahnya yang mengatakan bahwa satu hari rakyat akan memilih Ahok untuk memperjuangkan nasib mereka.
Dikenal sebagai keluarga yang dermawan di kampungnya, Sang Ayah yang bernama Kim Nam, memberikan ilustrasi kepada Ahok. Jika seseorang ingin membagikan uang Rp 1 miliar kepada rakyat masing-masing 500 ribu rupiah, ini hanya akan cukup dibagi untuk 2.000 orang. Tetapi jika uang itu digunakan untuk berpolitik, maka jumlah uang dalam APBD bisa dikuasai untuk kepentingan rakyat. Dalam berbagai acara talk show, tak jarang Ahok menceritakan ajaran ayahnya yang menginspirasinya.
- Anggota DPRD
Bermodal keyakinan itu, Ahok memutuskan berpolitik pada tahun 2003. Semula ia bergabung dibawah bendera Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB) yang saat itu dipimpin oleh ekonom, Sjahrir. Pada pemilu 2004, dia maju dan terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Belitung Timur periode 2004-2009.
Di DPRD ia menunjukan integritasnya dengan menolak korupsi, kolusi dan nepotisme, menolak mengambil uang SPPD fiktif, dan menjadi dikenal masyarakat karena ia satu-satunya anggota DPRD yang berani secara langsung dan sering bertemu dengan masyarakat untuk mendengar keluhan mereka. Sedangkan anggota DPRD lain lebih sering “mangkir”.